News &
Updates

News Image

Share

Sesi Tanya Jawab Menggugah Narasumber
19 April 2024

Pacet, Kampus Ursulin - Kehebohan tak hanya terjadi di panggung utama, tetapi juga dalam sesi tanya jawab yang menggugah di acra moderasi beragama ini. Para narasumber terpana dengan pertanyaan-pertanyaan yang dilontarkan oleh para peserta didik, memperlihatkan betapa pentingnya dialog antargenerasi dalam merangkul keberagaman.

Sebelum acara dimulai, peserta didik diberi kesempatan untuk menyampaikan pertanyaan mereka melalui story Instagram resmi sekolah, @sanyupac. Salah satu pertanyaan yang mencuri perhatian, yang diajukan oleh akun @zakey_57 adalah "Mengapa sikap moderat sangat diperlukan untuk semua agama?"

Pertanyaan tersebut memantik reaksi hangat dari para narasumber. Dengan bijak, mereka menjelaskan bahwa sikap moderat menjadi kunci dalam menciptakan harmoni dan kedamaian dalam kehidupan beragama. Penatua Febrian Ekasandi Nugroho menegaskan bahwa sikap moderat membantu dalam memelihara keseimbangan dan menjaga perdamaian di antara umat beragama.

Gus Sirojudin Cholil menambahkan bahwa sikap moderat memungkinkan kita untuk menghargai perbedaan dan membangun kesamaan dalam keberagaman, sementara Drs. Johanes Bambang Edi Purnomo menyoroti pentingnya sikap tengah dalam menjaga kerukunan di antara umat beragama.

Diskusi yang mendalam tentang moderasi beragama tidak hanya berhenti pada pertanyaan sebelumnya, tetapi juga mencakup isu yang lebih dalam, yakni ekstremisme dalam beragama. Pertanyaan dari akun @cyee.lxi, "Bagaimana cara menghindari ekstremisme dalam beragama dan menerapkan prinsip moderasi beragama?" memicu refleksi mendalam dari para narasumber.

Dalam menjawab pertanyaan yang kritis ini, Penatua Febrian Ekasandi Nugroho menekankan pentingnya fleksibilitas dalam beragama. "Kita perlu membiasakan diri untuk menjadi fleksibel dalam memahami agama kita, memahami bahwa dalam keberagaman, ada ruang untuk toleransi dan penghargaan terhadap perbedaan," ungkapnya dengan tegas.

Sementara itu, Gus Sirojudin Cholil menyoroti perlunya pendekatan yang inklusif dalam menerapkan prinsip moderasi beragama. "Kita harus membuka diri terhadap pemahaman yang beragam dan menghargai perspektif orang lain. Dengan cara ini, kita dapat menghindari jatuh ke dalam jurang ekstremisme," paparnya.

Drs. Johanes Bambang Edi Purnomo menambahkan bahwa kunci untuk menghindari ekstremisme adalah dengan menginternalisasi nilai-nilai moderasi dalam kehidupan sehari-hari. "Kita harus mempraktikkan nilai-nilai seperti toleransi, kerukunan, dan penghargaan terhadap perbedaan dalam interaksi kita sehari-hari," tandasnya.

Sesi tanya jawab ini tidak hanya memberikan wawasan baru bagi para peserta didik, tetapi juga mencerminkan semangat dialog yang dibangun oleh sekolah ini. Melalui interaksi yang berlangsung antara generasi muda dan tokoh agama, pesan keberagaman dan toleransi semakin mengakar kuat dalam kehidupan sehari-hari.

Dengan kesadaran akan pentingnya sikap moderat, diharapkan para peserta didik dapat menjadi agen perubahan yang membawa perdamaian dan harmoni di lingkungan mereka masing-masing. Kegiatan moderasi beragama ini bukan hanya sekadar acara, tetapi sebuah perjalanan menuju masyarakat yang lebih inklusif dan damai. (aer)