News &
Updates

News Image

Share

Savero, itu abadi
23 Februari 2024

Savero, itu abadi

Ils sont sauvages, courentvite. Avant que Savero ne se jette sur toi.

“Mereka liar, lari cepat. sebelum Savero melemparkan dirinya ke arahmu.”

oleh : Cleofhirsda Firoviolla (VIIIC-04)

Prolog.

4 tahun yang lalu. Di malam yang sunyi dan gelap, hanya ada suara gerimis yang terdengar. Asha sedang berada di kamarnya, membaca novel kesukaannya. Kata per kata ia baca, begitu fokusnya dia membaca.

"SUDAH AKU BILANG, URUS DUA ANAK ITU SENDIRI! AKU TIDAK INGIN MENGURUS ANAK SAMPAH ITU!"

Samar samar suara ayahnya terdengar. Asha menghela nafas panjang. "Lagi dan lagi," ucapnya dengan pelan. Bisa dibilang Asha sudah terbiasa berada di situasi seperti ini. Ayah dan ibunya selalu bertengkar. Asha merasa bahwa apa yang dikatakan ayahnya benar, Asha adalah anak sampah.

“PRANG!” Suara piring pecah terdengar.

Asha mendengar suara pintu di sebelah kamarnya terbuka, itu adalah pintu Ares, kakaknya. Asha sudah menebaknya, kakaknya pasti tidak akan tinggal diam di situasise perti ini. "Udah yah," ucap Ares. Asha tidak keluar untuk melihat situasi, ia hanya berada di kamarnya.

Namun, suara-suara di luar bisa terdengar. Asha berhenti membaca novelnya, ia menguping pembicaraan yang ada di luar kamarnya.

Suara ibunya menangis terdengar. Asha merasa sangat kasihan, tetapi jika ia melawan ayahnya, ia mungkin sudah mati.

"Yah, tolong jangan sakiti ibu." Hening. Tidak ada suara yang muncul.

Rasanya Asha ingin menangis, tetapi tidak ada air mata yang menetes. Asha termenung, mengapa hidupnya seperti ini.

"Kemasi barang barang ayah dan pergi." Rasanya Asha tidak percaya bahwa kakaknya akan mengatakan sepertiitu. Ia membayangkan bagaimana jika ayahnya benar-benar pergi, namun di sisi lain Asha merasa lega jika ayahnya pergi. "Jika itu maumu, ayah akan pergi," kata ayah. Asha sama sekali tidak mendengar ibunya melontarkan kata. Ia hanya mendengar suara tangisan ibunya.

Asha berjalan ke arah pintu, ingin membukanya. Namun Asha tidak siap untuk melihat situasinya.

Asha mulai memberanikan diri. Dia putar gagang pintunya dan ia menuju di mana mereka berada. Mereka ada di ruang tamu,namun Asha hanya menemukan ibunya dan kakaknya. Asha tidak melihat ayahnya. Ia lontarkan pertanyaan ke kakaknya, “Ayah? Di mana?” Dengan mata sendu Ares, ia menjawab, “pergi.”

Asha melihat ibunya sedang duduk di lantai dan menangis. Ia langsung menghampiri ibunya dan memeluknya. Akhirnya, tangisan Asha pecah.

Asha, anak perempuan berusia 12 tahun. Harus menyaksikan kejadian ini, rasanya terlalu muda untuk merasakan hal ini. Sekarang yang ia pikirkan adalah apakah kejadian ini akan berdampak dengannya suatu saat nanti?

Sekarang, Ia sudah kelas 1 SMA. Asha tumbuh menjadi perempuan yang sangat cantik. Tetapi ia begitu pendiam. Banyak yang ingin menjadi temannya, tetapi Asha mendiamkan mereka. Menurutnya, 2 teman yang selalu menemaninya sudah lebih dari cukup. Banyak juga lawan jenis yang mendekatinya, tetapi tidak Asha respon. Tak jarang temannya, yaitu Violen dan Catherine dimintai bantuan para cowok untuk mendekati Asha.

Asha merasa semua cowok brengsek. Seperti ayahnya. Cinta itu bohong. “Masih mau percaya sama cinta? Lihat ayah ibumu,” ucap Asha.

Chapter I. Kenalan.

Hari selasa, tepatnya waktu jam istirahat. Asha, Violen dan Catherine pergi ke kantin. Seperti biasa,mereka membeli makananuntuk mengenyangkan perut mereka. “Sha, bentar lagi kan ada pensi. Lo apa gak mau nunjukin bakat lo?” Tanya Catherine. Asha yang mendengar pertanyaan tersebut tidak menjawab, dan hanya menggelengkan kepala.

Memang sebentar lagi ada Symphony 2024, itu adalah acara pentas seni di sekolah Asha. Pastinya Asha tidak ingin menampilkan apa apa, Asha takut mendapat hujatan.

Asha takut berdiri depan banyak orang. Asha takut ketika orang-orang melihatnya. Asha takut bagaimana orang menilai dirinya. Asha takut terlihat memalukan di depan banyak orang. Asha takutsemuanya.

Namun Catherine tetap memaksa Asha. Asha berkata, “Suara lo bagus Sha, lo juga jago main gitar.” Asha yang mendengar omongan Catherine pun hanya tersenyum.

Di rumah, Asha memikirkan hal yang baru saja dibicarakan oleh Catherine saat istirahat tadi sambil memainkan gitarnya. Ini bisa menjadi kesempatan Asha untuk menampilkan bakatnya, agar orang orang tau seorang Asha memiliki bakat menyanyi dan gitar. Namun, kembali lagi pada diri Asha. Asha tidak percaya diri.

“Asha, sini makan dulu.”

Asha mendengar suara ibunya memanggilnya dari arah dapur untuk mengajak makan. Ia meletakkan gitarnya di atas ranjang. Kemudian beranjak dari ranjangnya dan menuju ke arah dapur.

Setelah sampai di dapur, Asha melihat ibunya sedang menyiapkan makanan untuknya. Nasi goreng, makanan kesukaan Asha. Asha menjadi semangat untuk makan. Asha tidak melihat kakaknya, namun ia sudah menduga karena kakaknya adalah ketua OSIS, dia pasti sangat sibuk. Apalagi sebentar lagi diadakan pentas seni.

Singkat cerita,ia mulai melahap makanannya. Tidak lupa ia menonton creator YouTube favoritnya, yaitu Jerome Polin. Itu sudah menjadi rutinitas Asha.

Tiba tiba hp Asha berdering, tulisan “Catherine” terpampang di layar hpnya. Ia mengangkat telepon tersebut, mengarahkan hpnya ke telinganya. “Kenapa, Cat?” Tanya Asha. “Sha, nanti malam ayo ke mall,” sahut Catherine. Asha yang mendengar ajakan Catherine langsung menolaknya, “gamau ah, males.” Catherine berdecak kesal. Ia memaksa Asha agar mau pergike mall malam ini. Namun Asha tetap kekeh tidak mau untuk pergi. Tiba tiba Asha berkata, “nanti gue beliin lo novel di Gramedia deh.” Asha langsung bersemangat, “YAUDAH AYOOOOO.”

Jam menunjukkan pukul 18.45

Asha mulai bersiap siap untuk pergi,kali ini Asha akan memakai kacamata, karena akhir-akhir ini mata Asha sedikit sakit.
“Asha, ini ada temenmu.” “Iya bu, sebentar.”

Asha langsung keluar dari kamarnya dan menuju ke ruang tamu. Di sana ia melihat Catherine sedang mengobrol dengan ibunya. “Ayo, Cat,” ucapnya. Catherine beranjak dari sofa dan berpamitan ibunya, “bu anaknya saya culik dulu ya.” Semuanya tertawa, “ga bakal lama-lama kok bu,” ucap Asha ke ibu sambil berpamitan dengan ibunya.

Asha dan Catherine akhirnya sudah berada di mobil milik Catherine. Iya, mobil itu sudah Catherine dapatkan dari ia masih kelas 2 SMP.

“Violen kok engga ikut?” Tanya Asha. “Besok dia ada ulangan fisika, makanya dia ga ikut,” jawab Catherine. Asha tidak kaget, Violen adalah anak ambis. Ia benar benar tekun dalam belajar.

Di perjalanan, mereka kebanyakan bernyanyi bersama. Menurut Catherine, suara Asha sangat merdu. Tapi mengapa Asha sangat tidak percaya diri?

Saat itu Asha sedang menyanyikan lagu You Belong With Me milik Taylor Swift. Begitu indah suaranya. Catherine bertanya, “buset dah itu suara lo napa bagus banget?” Respon Asha hanya tersenyum tipis lalu melanjutkan nyanyiannya.

Tiba tiba, lagu Daddy Issues milik Neighbourhood muncul.

Daddy Issues adalah dampak psikologi akibat hubungan ayah dan anak yang tidak harmonis. Hubungan ini juga bisa terjadi ketika seorang anak tidak memiliki sosok ayah yang sesungguhnya. Padahal, peran ayah sangat sangat penting.

Asha kembali teringat momen yang begitu suramnya 4 tahun yang lalu. Asha berkata, “Cat, gue pengen banget kayak lo.” Catherine langsung menoleh ke arah Asha dengan kebingungan, “maksudnya?” Tanya nya. “Keluarga lo lengkap Cat, kebutuhan lo juga terpenuhi,” ucap Asha dengan nada yang sendu. Catherine langsung kaget mendengarnya, ia tidak tahu ingin menjawab apa. Catherine menghela nafas.

“Sha, semua status hubungan keluarga ada plus minusnya sendiri sendiri. Tau ga kenapa gue ngajak lo ke mall sekarang? Itu karena gue kesepian Sha. Di rumah, gue sendirian, cuma ada pembantu gue. Ga ada yang bisa gue ajak ngobrol, orang tua gue sibuk sama pekerjaannya, mereka ga pernahngurusin gue. Merekakadang pulang 3 bulan sekaliSha. Mereka ga pernah nanyain kondisi gue. Walau orang tua gue masih lengkap, gue kayak ngerasa ga punya orang tua Sha. Gue ga tau gimana rasanya disayang sama orang tua.”

Asha hanya diam. Tiba tiba Catherine melanjutkan perkataannya, “Sha, gue juga kadang iri sama lo. Lo dapet kasih sayang dari ibu lo, lo juga punya saudara.”

Kita terkadang terlalu memikirkan bahwa masalah di keluarga kita paling berat, padahal banyak di luar sana yang memiliki masalah lebih dari yang kita punya. Asha menyadari itu, ia masih memiliki seorang ibu yang benar-benar menyayanginya. Sedangkan Catherine, kedua orang tuanya sama sekali tidak pernah mengkhawatirkan kondisinya.

Singkat cerita, mereka sudah masuk ke dalam mall. Asha sedikit takut dengan suasana ramai sekarang ini, tapi ia bertahan agar dia mendapatkan novel. Asha dan Catherine pergi ke sebuah toko baju, Catherine berencana untuk membelikan kedua sahabatnya baju, ia berkeliling untuk mencari baju yang sekiranya bagus.

Asha hanya terheran melihat Catherine, ia sudah berkali kali dibelikan sebuah baju. Namun uangnya tidak habis habis. Asha tidak melarang Catherine, karena percuma jika melarangnya. Catherine akan kekeh untuk membelikannya baju.

Catherine akhirnya menemukan 2 baju yang bagus, ia menanyakan saran ke Asha apakah Asha suka dengan bajunya apa tidak. Asha tentu saja menyukainya, Catherine segera membawanya ke kasir dan membayarnya.

Mereka keluardari toko tersebut, tujuan selanjutnya adalah pergi mencari makan. Akhirnya mereka menemukan ingin makan apa, yaitu nasi goreng.

Singkat cerita, mereka selesai makan. Asha tidak sabar untuk pergi ke Gramedia. Jadi, Asha dan Catherine sekarang berada di Gramedia. Catherine tidak begitu tertarik dengan novel novel seperti ini, ia lebih suka terhadap film. Asha berkeliling melihat novel novel, matanya berbinar binar. Asha melihat buku-buku yang ditempatkan di tempat yang termasuk ‘Best Seller’.

Di situ, Asha melihat seorang pemuda yang seperti lebih tua darinya sedang memandangi buku-buku. Pemuda itu memakai pakaian serba hitam dan masker berwarna hitam juga. Ia memakai kacamata.

Asha hanya fokus kepada buku buku itu, ia melihat satu persatu sampul dari buku tersebut. Asha mendapatkan novel yang ingin ia beli, ah tidak, yang akan dibelikan oleh Catherine. Saking fokusnya, tiba-tiba….

Asha tidak sengaja menabrak pemuda tersebut. “EH MAAF MAAF,” ucap Asha dengan panik.

“Gapapa,” ucap pemuda tersebut dengan datar. Sungguh, Asha sangat takut dengan orang seperti ini.

Sangat canggung, Asha ingin langsung berlari meninggalkan pemuda tersebut. Namun ketika Asha hendak ingin pergi, pemuda tersebut tiba-tiiba mengulurkan tangannya dan berkata, “Jazreel.”

Asha kebingungan, apakah dia mengajak kenalan? Namun Asha menerima uluran tangan tersebut dan berkata, “Ashava.”

Tiba-tiba saja Asha dipanggil oleh Catherine, dan Asha langsung pergi meninggalkan pemuda yang bernama Jazreel tersebut tanpa berpamitan kepadanya.

Catherine kebingungan, “itu tadi siapa?" Asha hanya menjawab, “orang asing yang ngajak kenalan." Catherine hanya mengangguk. “Udah dapet novelnya?” Tanya Catherine. Asha tidak menjawab dan hanya menunjukkan novel yang ia pegang, pertanda bahwa Asha sudah menemukan novel yang ia mau.

“Yaudah sana bayar ke kasir,” ucap Catherine.

Asha tersenyum canggung, “bayarin tolong, gue takut.” Asha sudah berumur 16 tahun, tapi Asha tetap tidak berani untuk membayar sesuatu di kasir. Jadi ia suruh Catherin esaja yang membayar.

Setelah novel tersebut dibayar,Asha tidak lupa untuk berterima kasih kepada Catherine. “Kalo mau novel lagi bilang aja,” sahut Catherine.

Orang kaya emang beda.

 

Asha dan Catherine memutuskan untuk langsung pulang, Catherine ingin mampir sejenak di rumah Asha. Bagi Catherine, rumah Asha sangat nyaman.

Sesampainya di perjalanan, Catherine bertanya, “siapa cowo tadi? Udah tau namanya kah?” Asha menjawab, “iya, dia Jazreel kalo ga salah.”

Catherine terheran, ia mengerutkan alisnya. “Jazreel? Kakak kelas kita ga sih?” Tanyanya. Asha menggeleng tidak tahu. Catherine teringat sesuatu, “eh iya Sha, Kak Jazreel. Yang katanya dirumorin pacaran sama kak Kinan, masa lo ga tau sih?”

“Ya nggak tau,” jawab Asha.

Di perjalanan, Asha terus membayangkan sosok Jazreel itu. Bagaimana cara dia berpakaian, kacamatanya.

 

Chapter II. Buku “Savero.”

Ngomong ngomong,Asha, Violen dan Catherine beda kelas. Asha berada di X MIPA 2, Violen di X MIPA 5, dan Catherine di X IPS 1. Mereka bertemu karen dulu saat MPLS, mereka sekelompok.

Asha benar benar tidak pernah berbicarajika tidak bersamaViolen dan Catherine. Padahal, saat bersama2 orang itu, Asha sangatlah periang.

Suatu hari, jam istirahat. Violen dan Catherine tidak bisa menemani Asha seperti dulu. Karena mereka latihan untuk pentas seni yang akan diadakan 2 minggu lagi, Violen dan Catherine akan menunjukkan bakat mereka. Violenyang bisa menari balet, dan Catherine yang bisa memainkan alat musik piano.

Asha ketakutan, namun Asha lebih memilih untuk pergi ke perpustakaan sekolahsaja.

Ketika bel istirahat terdengar, Asha diam sejenakdi kelasnya. Menunggukeramaian sedikit reda, baru Asha ke perpustakaan.

Saat ini Asha sudah ada di perpustakaan. Asha sangat suka dengan situasi ini, begitu sepi dan tenang. Gadis itu memandangi buku buku yang berjejer rapi di sana. Pandangan Asha terfokus terhadap salah satu buku di sana, buku itu tampak usang dan berdebu. Buku itu berjudul, “Savero.” Asha seperti sudah mendengar pernahnama itu, tapi ia lupa kapan dan dimana ia mendengarnya.

Asha cukuptertarik dengan buku itu, jadi ia pergike arah tempatkhusus untuk membaca.

Asha membuka bukunya. di halaman pertama, ia melihat foto sosok gadis cantik. Tampak sepertiputri putri kerajaan,latar belakangnya memang seperti di sebuah kastil.Di bawahnya bertuliskan, “Myrabeth. Le pouvoirest entre ses mains, notre princesse. Fille du roi Savero.”

Asha tidak mengerti apa yang dimaksud. Ia berencana untuk meminjam buku ini untuk dibawa pulang. Ia membalikkan halamannya lagi, di sebelahkiri, terdapat sosok gadis tadi. Namun dia sekarang bersama dengan anak perempuan. Di bawah foto tersebut, ada sebuah tulisan lagi.

“Pauvre enfant,enfant innocent. Doit accepter la cruauté — Aphrodite.”

Lagi lagi Asha tidakmengerti apa maksudnya. Buku ini sepertidibuat di Prancis.

Asha melihatjam tangannya, 5 menit lagi bel berbunyi. Asha segera meminjambuku itu dan cepat cepat berlari ke kelasnya.

Di jam pelajaran, Asha tidak fokus.Asha hanya memikirkan tentang buku tadi, dia tidak sabar untuk pulang dan mencari tahu tulisan tulisanyang ada di buku itu.

Akhirnya, pulangsekolah. Asha bergegasuntuk pulang.

Sesampainya di rumah, tanpa membersihkan diri. Asha langsungberlari ke kamarnyadan membuka buku tersebut. Asha membuka Google Translate. Tulisan yang ada di buku tersebut adalah bahasaPrancis. Asha menerjemahkan kalimat kalimat yang ada.

Di halamanpertama.

Myrabeth. Le pouvoirest entre ses mains, notreprincesse. Fille du roi Savero.

Mengartikan, “Myrabeth. Kekuasaan ada di tangannya, putri kita. Putri Raja Savero.”

Asha tidak mengerti apa maksudnya, sepertinya gadis yang ada di foto tersebut bernamaMyrabeth. Berdasarkan kalimatnya, gadis tersebut adalah putri dari raja Savero. Namun, siapa itu raja Savero?

Asha mencaricari di internet, namun tidak ada satu pun artikel yang membahas raja Savero, dan apa itu, “Savero.”

Lanjut di halaman kedua.

Pauvre enfant,enfant innocent. Doit accepter la cruauté — Aphrodite.

Mengartikan, “Anak malang, anak yang tidak bersalah. Harus menerima kekejaman — Aphrodite.”

Asha merasasemakin lama semakingila. Ia benarbenar tidak tahu apa maksudsemua ini. Di halaman kedua, di sisi kanan. Hanya terdapat sebuah tulisan, lagi lagi bahasa Prancis. Savero, c’est éternel.

Mengartikan, “Savero itu abadi.” Asha membalikkan halaman lagi.

Kosong. Tidak ada gambar maupun tulisan.Asha sempat mengirabahwa ini hanyalahbuku fiksi. Namun, Asha juga merasa bahwa ini sungguhnyata.

Di halamanselanjutnya, Asha terkejut. Karena ia melihatada anak kecil yang sangatmirip dengannya. Anak kecil itu seperti anak kecil yang muncul di halaman kedua.Asha merasa ini semakin aneh, bagaimana anak itu bisa sangat mirip dengannya? Mata, bibir, hidung,rambut, semuanya mirip.

Di bawahnya,bertuliskan,

Magnifique, vraiment magnifique. Mengartikan, “Cantik,sungguh cantik.” Halamanselanjutnya.

Ils sont sauvages, courent vite. Avantque Savero ne se jette sur toi.

Mengartikan, “merekaliar, lari cepat.sebelum Savero melemparkan dirinya ke arahmu.”

Asha pergike kamar mandi sebentar. Ditinggalkannya buku itu di atas ranjangnya. Ketika Asha balik,betapa mengejutkannya.

Buku. Itu. Tidak.Ada.

Asha yakin sekali bahwa ia meletakkan buku itu di atas ranjangnya, ia ingat persis letaknya. Ini sungguhaneh, buku itu secara misterius lenyap begitu saja.Asha mencari di sudut sudut kamarnya, namun ia tak menemukan apa apa. Ia pergi ke luar untuk menanyakan tentang buku ini ke ibunya, namun ibunya tidak tahu apa apa.

Asha panik.

Itu adalah buku perpustakaan, jika ia tidak mengembalikannya. Maka ia harus mengganti rugi buku itu. Namunmasalah yang palingutama, ia masihtidak mengerti apa maksud dari buku itu. Asha begitupenasaran.

Namun, Asha sudah ikhlasdengan kehilangan buku itu. Asha percaya bahwa buku itu hanyalah karanganfiksi. Dan, Asha siap menggantirugi buku itu.

Suara ketukan pintu terdengar, Asha malas untuk membukakan pintu. Jadi Asha hanya berkata,“masuk aja.” Dan itu adalahAres, kakaknya. Ares berada di pintu sambilmembawa sebuah kotak. Ares masuk, dan memberi kotak itu. Ares berkata, “dari Jazreel. Lo ada hubunganapa sama dia?” Tanyanya. Asha bingung, siapa Jazreel?

Seketika ia teringat pertemuandengan seorang pemuda di Gramediawaktu itu. Ah, ternyata dia. Namun Asha tetap kebingungan. Asha bertanya, “ini apa?” Ares hanya menjawab, “yabuka aja. Pertanyaan gue, lo ada hubungan apa sama Jazreel?” Asha kembali bingung. Ia hanya menjawab,“hubungan apaan dah, gue aja ga kenal dia.”

Asha bertanya,“emang Jazreel siapa lo?”

Ares menjawab,“temen gue. Udah ya, gue tinggal.”

Asha hanya mengangguk pelan. Diambilnya kotak itu dari tangan Ares. Asha membuka kotak itu, betapa terkejutnya ia setelah membukanya. Di dalamnya, terdapatmahkota yang begitu indah dan besar. Layaknya seperti ratu kerajaan. Di hari ini banyak sekali hal hal yang membuatnya kebingungan, dari buku tadi lalu tiba tiba hilang.Ditambah sekarang ini.

Chapter III. Kerajaan.

Kali ini Asha berangkat tak seperti biasanya. Biasanya Asha berangkat sendiri menggunakan sepeda motor pribadinya. Namun kali ini Asha berangkat menggunakan mobil dengan Ares. Dari dulu Asha sangat menghindar untuk berangkat bersama kakaknya itu.

Karena ia takut mendapatkan rumor yang aneh aneh dari para cewek-cewek. Hanya teman terdekat Asha dan Ares yang tau jika mereka kakak beradik.

Setiap detik, menit, jam. Asha selalu membayangkan buku tersebut, seperti pikirannya hanya tertuju oleh buku itu.

Mereka sudah berada di parkiran sekolah, Asha langsung membuka pintu mobil dan bergegas untuk ke kelasnya. Asha langsung meletakkan tasnya di bangkunya, ia langsung membuka hp nya. Ia mendapatkan notifikasi dari nomor yang tidak dikenal.

“Nona Aphrodite. Semoga anda secepatnya untuk kembali.”

Itu katanya. Asha pikir itu nomor orang iseng. Jadi Asha langsung memblokir nomor itu.

Asha pergi ke luar kelas. Ia memandangi lapangan yang kosong. Sekarang mendung, hawa saat itu sangatlah nyaman.

Bel istirahat berbunyi. Catherine langsung menemui Asha di kelasnya. Namun Asha ingin pergi ke perpustakaan, jadi Violen dan Catherine pergi ke kantin tanpa adanya Asha.

Di perpustakaan, Asha membaca sebuah buku. Buku itu tidak ada spesial spesialnya sama sekali, namun Asha merasa tertarik untuk membaca buku tersebut. Tiba tiba Asha merasa pundaknya disentuh dari belakang. Sontak Asha langsung menoleh ke arah belakang, ia melihat cowok berkacamata dan memakai maskerhitam. Itu adalah Jazreel.

Jazreel berkata,“nama panjang lo apa?”

Asha kaget, mengapa dia secara tiba tiba menanyakan nama panjangnya? “AshavaLaureen Van Aphrodite.”

Jazreel diam sejenak. Dan lanjut berkata,“gue boleh dudukdi sini?” “Boleh.”

Di sini lah, Asha berada di samping Jazreel.Namun mereka fokusmembaca buku merekamasing masing. Rasanyasangat aneh duduk berdekatan denganseorang stranger.

“Lo adiknya Ares, kan?” Tanya Jazreel, membuka obrolan. Asha menjawab dengan singkat, “iya.” Asha teringat tentang mahkota yang diberikanoleh Jazreel. Ia ingin menanyakannya tentang itu. Namun, sebelum Asha bertanya, Jazreel berkata, “oh iya, mahkota yang gue kasih ke lo itu titipan dari bokap gue. Disimpen ya.”

“Kenapa tiba tiba ngasih mahkota?”

“Gue juga ga tau apa maksud bokap gue. Tapi simpen aja.”

Mengapa cowok ini begituaneh?

Kali ini Asha tidak langsung pulang, ia harus menunggu Ares. Setiap hari Ares selalu sibuk, dan dikarenakan Asha dan Ares berangkat bersama, Asha harus menunggu Ares. Ares berada di ruang OSIS, tidak tahu apa yang ia lakukan di sana. Asha menunggu di depan kelasnya. Di depan kelasnya ada bangku panjang yang muat untuk 4 orangan.

Tiba-tiba saja Asha merasakan seperti ada seseorang di sebelahnya. Asha menoleh, dan, ya. Jazreel, lagi. Cowok itu selalu muncul.

Asha berkata, “kenapa ada di sini?” Jazreel tertawa, “gue liat lo di sini sendiri kayak anak ilang. Makanya gue mau temenin lo.” Asha terheran heran, dia hanya berkata, “sialan.” Jazreel mulai duduk di sampingnya. “Ngapain di sini? Ga pulang?” Tanya Jazreel. Asha hanya menjawab, “nunggu ketua OSIS.” Jazreel menjawab, “oalah.”

“Kalo gue manggil lo Laureen boleh gak?” Tanya Jazreel. “Gak.”

Jazreel terkaget, “why?”

Asha menghela nafas, “dari gue lahir sebenernya nama panggilan gue Laureen. Tapi di masa-masa itu, lebih tepatnya waktu SD Gue dibully, selama 6 tahun gue ga berhenti dibully. Gue inget banget kalo gue pernah dikatain sampah dengan sebutan nama Laureen itu. Jadi gue kepikiran, pas gue masuk SMP, gue ubah nama panggilan gue jadi Asha. Karena menurut gue, panggilan Laureen itu ngebuat situasi jadi makin ga karuan dan suram.”

“Oh.. gitu ya..”

Asha hanya diam, ia kembali teringat masa-masa itu. Masa lalu yang sungguh kelam, yang membuat Asha menjadi seorang yang pendiam. Ia takut akan bersosialisasi.

Tiba-tiba saja hujan turun, sangat deras. Namun untung saja mereka tidak terkena cipratan-cipratan air. Mereka berdua diam, tidak ada yang ingin berbicara. Asha sibuk memainkan ponselnya, sedangkan Jazreel sibuk menikmati suara hujan. Sangat hening, hanya ada suara hujan yang terdengar. “Lo gak pulang?” Tanya Asha untuk memecahkan keheningan. “Nggak, gue mau nemenin lo,” ujar Jazreel. Asha tidak meresponnya. Tiba-tiba Ares muncul entah darimana, ia tersenyum melihat adik dan temannya begitu dekat. Asha melihat Ares dan berkata, “lama banget. Ayo pulang.” Asha kesal dengan Ares. Asha langsung berdiri dan pergi ke arah Ares. Jazreel sontak berkata, “Sha bentar, minta nomor lo.” Asha keheranan, “gak usah.”

Ares hanya diam melihat situasi ini, ia pikir mereka menjalin hubungan. Ternyata mereka tidak memilikin omor satu sama lain. Ares berkata kepada Jazreel, “duluan ya bro.”

Jazreel sontak tersenyum ke arahnya dan melambaikan tangannya. Asha dan Ares kini berjalan ke arah parkiran dan bergegas untuk pulang.

Di perjalanan, banyak sekali pertanyaan-pertanyaan yang dilontarkan Ares untuk Asha. Namun Asha seperti malas untuk menjawabnya, dia hanya menjawabiya, atau tidak.Asha juga sempat berkata bahwa Jazreel orangnya sangat aneh, dan dia sok akrab. Ares yang mendengaritu sontak tertawa.

Esoknya, Asha pergi sendirian dan tidak dengan Ares.

Ia menjalani hari harinya seperti biasa, kali ini ia istirahat bersama 2 temannya itu. Asha memutuskan untuk menceritakan mengenai buku ‘Savero’ itu. Mereka sekarang berada di kantin, dengan beberapa makanan.

“Kalian ada yang tau tentang Savero?” Tanya Asha. “Apa itu?”

“Gue waktu itu nemu buku yang judulnya Savero di perpus. Gue buka-buka buku itu terus banyak banget hal yang janggal, gue rasa isi dalem buku itu nyata deh bukan fiksi.” Oceh Asha.

“Emang isi bukunya apaan?” Tanya Catherine.

“Isinya itu kayak foto-foto jaman dulu. Seinget gue, ada foto cewek cantik banget. Terus di bawahnya ada tulisan Prancis. Semua halaman ada tulisan prancisnya.”

Mereka semua terlihat tertarik dengan cerita tersebut, lalu Catherine bertanya, “terus mana buku itu? Gue jadi penasaran gila.” Asha menghela nafas, “nah ini yang ngebuat bener-bener janggal. Waktu itu gue taruh buku itu di ranjang gue, terus gue ke kamar mandi bentar. Nah pas gue balik, buku itu tiba-tiba hilang. Sampe sekarang gue belum nemuin.”

Wajah mereka tampak serius. “Guys,” sahut Violen.

“Gue pernah dapet cerita tentang nyokap gue, nyokap gue dapet cerita ini dari neneknya. Katanya, dulu ada kerajaan yang namanya Savero. Tepatnya di Prancis, Savero ini dikenal mistis dan misterius. Ngga ada yang tau asal usul adanya kerajaan ini.”

Asha dan Catherine makin penasaran akan tentang Savero.

Violen lanjut bercerita, “terus kata nyokap gue, Savero hilang lenyap. Mulai dari istananya, anggota kerajaan, prajurit pengawal, pembantu pembantunya, semuanya hilang. Katanya ya, rajanya itu punya satu anak cowo. But, namanya ga diketahui publik dan sengaja dirahasiain.”

Chapter IV. Nona Aphrodite.

“Aphrodite.”“Nak, kembali.”

“Nona Aphrodite, semuanyamerindukan anda.” “Tolongkembali.”

Suara itu seperti ada di dalam kepala Asha. Asha tidak tau asal mana datangnya suara itu. Setelah mendengar suara itu, seketika Asha merasa pusing. Namun Asha berpikirbahwa suara yang terdengar hanyalah halusinasinya saja. Tapi Asha tiba tiba teringat tentang notifikasi yang ia dapatkan dari nomor tidak dikenal itu.

Asha tiba-tiba terlelap.

“Sha, bangun.”

Itu adalah Violen, di sebelahnya ada Catherine. Ternyata ia tertidur di kelasnya, suasana kelasnya sekarang begitu sepi. Tampaknya Asha tidur dari jam terakhir hingga sekolah sepi.

Asha kebingungan, ia butuh waktu untuk mencerna semua ini. Asha semakin kepikiran tentang nona Aphrodite. Siapa nona Aphrodite? Mengapa banyak yang menyuruhnya untuk kembali? Memang dia dimana?

Tiba-tiba Asha memikirkan satu hal, yaitu namanya. Ashava Laureen Van Aphrodite. Aphrodite ada di belakang namanya, namun Asha berpikir itu hanyalah kebetulan saja.

“Lo kurang tidur apa gimana sih?” Tanya Catherine. Asha hanya diam, pikirannya campur aduk. Akhir-akhir ini Asha dihadang oleh banyak sekali misteri. Asha tidak kuat untuk menerima semua, ia ingin melupakan ini semua. Namun hal-hal itu selalu ada di dalam kepalanya, yang membuat ia selalu merasa pusing.

Asha berkata, “udah yuk, ayo pulang!”

Violen dan Catherine menatap satu sama lain, mereka curiga ada suatu hal yang disembunyikan oleh Asha. Catherine bertanya, “lo kenapa Sha?” Asha tidak menjawab.

Violen mempertanyakan hal yang sama, dan Asha hanya menjawab, “gapapa.”

Akhirnya mereka pulang bersama sama, namun Catherine bersama dengan supir pribadinya. Asha dan Violen menaiki sepeda motor.

Sesampainya di rumah, Asha memilih untuk langsung mandi. Agar Asha langsung bisa tidur dengan keadaan bersih.

15 menit kemudian, Asha keluar dari kamar mandi. Tiba tiba ibunya menghampiri dirinya sambil membawa sebuah makanan yang terbungkus plastik. Ibu berkata, “ini ada kiriman makanan dari aplikasi, katanya buat kamu. Aplikasi apa sih? Kok bisa pesen makanan gini. Keren ya, jaman sekarang udah canggih banget. Kalo ibu tau bisa kayak gini dari dulu, pasti ibu bakal beli aja, gak perlu masak masak.” Ibu tersenyum semringah.

Asha kebingungan, ia tidak memesan makanan. Lalu siapa yang memesan itu? Asha berkata kepada ibunya, “loh Asha nggak mesen apa-apa bu, salah alamat kali.”

Ibu menjawab, “enggak, tadi yang nganter makanan ini bilang atas nama Ashava kok.”

Asha makin bingung. “Udah makan aja. Mungkin ada yang suka kamu terus diem diem nganterini, lumayan kan.” Ibu berkata sambil tertawa. Asha yang mendengar ibu berbicara seperti itu merasa geli. Tapi setelah dipikir-pikir, lumayan juga.

Asha mengambil makanan itu dari tangan ibunya. Ia membawa makanan itu ke kamarnya. Asha membuka plastik tersebut, isinya berisi nasi dan ayam goreng. Sebenarnya, Asha takut untuk memakannya. Bisa aja makanan itu diberi racun, kan? Mengingat itu bukan pesanan Asha. Tapi Asha mencoba untuk berpikiran positif. Ia mencoba untuk menggigit ayam itu sedikit. Rasanya enak. Tidak ada hal yang aneh.

Asha lanjut memakannya dengan lahap, karena Asha kelaparan. Asha memakan makanan tersebut dengan posisi badan mengarah ke jendela. Ia melihat jendela terbuka itu.

Samar-samar, ia melihat seorang anak kecil cantik yang sedang berdiri. Asha sangat terkejut, ia melihat anak kecil itu tiba-tiba seperti diterkam oleh hewan buas. Tidak-tidak, ini pasti ada yang tidak beres. Tidak mungkin hewan buas ada di sekitar rumahnya, Asha yakin pasti. Ini pasti halusinasi.

Asha reflek menutup jendela itu.

Ia lanjut memakan makanan tadi, tiba tiba ponsel dia berdering. Ia mendapat telepon dari nomor tidak dikenal, namun tetap Asha angkat.

“Halo.”

“Ini siapa?” Tanya Asha. “Jazreel.”

Kenapa cowok ini lagi?

“Kenapa?”

“Besok, gue boleh ngomong sesuatu gak ke lo? Ini serius banget.”“Apa?”

“Ya besok, tolong jangan pulang dulu ya, Sha.” Asha hanya menjawab, “ya.”

“Sha, lo pengen tau nama panjang gue nggak?”

Jujur saja, Asha tidak ingin tau. Tapi ia menjawab, “apa?” “Jazreel Savero.”

Telepon itu mati.

Asha diam. Savero? Kerajaan Savero? Kenapa Savero ada di nama belakangnya? Asha diam sangat lama. Apakah dia ada kaitannya dengan buku yang ia baca? Apakah ada kaitannya dengan mahkota? Namun, apa arti dari mahkota tersebut? Apakah ada kaitannya dengan Nona Aphrodite?

“Who are you, Jazreel?”

Chapter V. The Truth.

Asha menuruti kemauan Jazreel. Ia tidak langsung pulang saat bel pulang sekolah berbunyi.Ia menunggu pemuda berkacamata itu di depan kelasnya, seperti dulu ia dan Jazreel duduk bersama. Banyak pertanyaan yang akan dia lontarkan ke Jazreel. Terutama tentang Savero.

Jazreel tiba tiba ada di hadapannya. Jazreel tidak langsung duduk, melainkan Asha yang berdiri. Mereka saling tatap, namun tidak ada yang mengangkat bicara.

Akhirnya, Asha melontarkan pertanyaan utamanya. “Apa itu Savero?”

Ekspresi Jazreel seperti tidak kaget, tampaknya Jazreel sudah mengira akan ditanyakan seperti ini. Jazreel tersenyum, tidak menjawab apa-apa.

Beberapa detik kemudian. Jazreel berkata, “duduk dulu.” Akhirnya mereka duduk di tempat semula Asha duduk. “Saveroya…”

“Gue reinkarnasi dari putra raja Savero.” Jazreel menghela nafas. Asha terkejut. Seakan tidak percaya. Memang reinkarnasi nyata ya?

“Jangan kaget Sha, lo juga gitu.” Jazreel menatap mata Asha. Cantik, tapi ia tidak akan bisa memiliki perempuan yang sedang ia kagumkan sekarang.

Asha tidak mengerti apa yang dimaksud oleh Jazreel, “maksudnya?”

“Dulu, di tahun 1300 an. Ada kerajaan namanya Savero, nggak ada yang tau nama dari rajanya. Jadi biasanya disebut raja Savero. Raja Savero terkenal akan sifatnya yang kejam dan sadis. Setiap tahun, dia bakal bunuh 1988 rakyatnya buat dijadiin makanan ‘mereka’. Raja Saveropunya banyak istri, tapi kali ini gue bakal ceritain yang utama aja ya. Waktunya ga cukup. Ada 2 istri raja Savero yang bisa dibilang aneh banget. Bukan fisiknya, tapi kebiasaannya. Yang pertama itu namanya Belleville, dia selalu makan daging hewan yang seharusnya ga kita makan. Kayak daging singa, serigala sama harimau. Katanya, menurut kepercayaannya Belleville, itu ritual yang bisa ngebuat kita awet muda. Nah yang kedua, namanya Myrabeth. Yang ini sumpah, beneran aneh banget. Dia punya banyak banget anak, dan dia bunuhin anaknya dengan cara yang tragis banget. Gak sampe di situ, dia makani daging anaknya sendiri.”

Asha melongo mendengar cerita tersebut. Benar-benar di luar akal, seperti di dongeng-dongeng.

“Sha, gue anak dari Belleville itu.”

Asha kaget setengah mati. Apakah yang dikatakan cowok berkacamata ini benar? Namun setelah dipikir-pikir. Rasanya sangat aneh, bagaimana Asha bisa percaya dengan orang yang baru ia kenal?

“Lo gak bohong kan?”

“Ngapain gue bohong, Sha?” Tampaknya, Jazreel mengatakan hal yang serius.

Asha merasa sangat pusing, ia berpikir cerita seperti ini hanya ada di dongeng saja.

“Sha.” Jazreel menatap Asha, ingin mengatakan sesuatu. Asha menoleh ke arah Jazreel.

“Lo anak dari Myrabeth. Lo nona Aphrodite, Sha.” Jazreel tersenyum.

Asha merasa dunia sudah gila. Ia tak kuat menerima banyak kejutan ini, rasanya ingin pingsan.

“Aphrodite. Salah satu anak Myrabeth. Dia— maksudnya lo. Lo berhasil kabur waktu Myrabeth mau ngebunuh lo. Terus akhirnya lo hilang, Sha. Gak ada yang tau keberadaan lo.”

Asha diam. Tidak tau ingin berkata apa.

“Gue tau semuanya, Sha. Tentang lo nemuin buku Savero, lo yang dapet gangguan dari mereka.”

“Mereka?” Tanya Asha. “Keluarga kerajaan,” jawab Jazreel

“Bukannya mereka udah gak ada ya? Kan katanya tiba-tiba kerajaanitu hilang lenyap. ”Asha mengatakan hal seperti itu berdasarkan apa yang dikatakan Violen waktu itu.

“Nggak. Mereka masih ada, sampai sekarang. Di alam ini, di bumi ini.”

“Dimana mereka?” Tanya Asha. Jazreel menunjuk ke arah bawah. “Merekadi sini,” ucapnya. “Mereka ada di tanah sekolah ini. Kalo lo inget apa yang gue ceritain tadi, raja ngebunuh 1988 rakyatnya tiap tahun. Dan lo nyadar ga? Sekolah ini dibangun tahun 1988. Emang udah direncanain dari dulu, Sha.”

“Lo tau semua ini darimana?” Tanya Asha.

Jazreel hanya diam dan tersenyum. Menolak untuk menjawab. Asha tidak memaksa Jazreel untuk memberitahukannya, mungkin Jazreel belum siap.

“Ternyata, nona Aphrodite yang selama ini disuruh kembali itu gue ya…”

 

oleh : Cleofhirsda Firoviolla (VIIIC-04)