Pacet, Kampus Ursulin - Dalam amanat upacara bendera yang dilaksanakan pada Senin pagi, Patrisia Dian Pratignya, S.Pd., selaku pembina upacara di SMP Santo Yusup Pacet, menyampaikan pesan mendalam mengenai tantangan yang dihadapi generasi pelajar saat ini. Beliau menyoroti kecenderungan sebagian besar siswa tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP) yang lebih memilih untuk menikmati kesenangan sesaat daripada menjalani proses belajar yang membutuhkan usaha dan kesabaran.
Menurut beliau, fenomena ini menjadi semakin kentara dalam era digital dan serba instan, di mana akses terhadap hiburan, media sosial, dan permainan daring begitu mudah. “Banyak anak sekarang lebih memilih untuk mengejar kesenangan lebih dahulu — bermain, bersantai, mengabaikan tugas belajar — dan baru memikirkan kesulitan saat hasilnya mulai tampak,” ujar Ibu Patrisia dalam pidatonya.
Untuk mengilustrasikan pentingnya kemampuan menunda kesenangan (delayed gratification), beliau mengangkat sebuah penelitian terkenal yang dikenal dengan sebutan “The Marshmallow Test”. Penelitian ini pertama kali dilakukan oleh Walter Mischel, seorang psikolog dari Universitas Stanford pada tahun 1972. Dalam eksperimen tersebut, anak-anak diberikan pilihan untuk memakan satu buah marshmallow sekarang atau menunggu beberapa menit untuk mendapatkan dua buah marshmallow.
Hasil jangka panjang dari penelitian tersebut menunjukkan bahwa anak-anak yang mampu menunda kesenangan dan menunggu untuk mendapat dua marshmallow cenderung memiliki prestasi akademik yang lebih tinggi, pengendalian diri yang lebih baik, serta kemampuan mengelola stres yang lebih sehat dibandingkan dengan anak-anak yang tidak mampu menunggu.
“Pesan dari eksperimen itu jelas, siapa yang mampu menahan diri, menghadapi proses, dan tidak tergoda oleh kesenangan sesaat, akan menuai hasil yang jauh lebih baik di kemudian hari,” tambahnya. Dalam konteks pendidikan, hal ini sangat relevan dengan tantangan yang dihadapi siswa saat harus belajar, berlatih, dan mengerjakan tugas secara konsisten.
Patrisia juga memberikan motivasi dan dorongan kepada seluruh peserta upacara agar tidak takut terhadap kesulitan belajar. “Proses belajar memang tidak selalu mudah, tapi justru di sanalah tempat kita membangun karakter dan masa depan,” pungkasnya.
Amanat ini disampaikan dengan harapan agar anak-anak SMP Santo Yusup Pacet mampu menanamkan kedisiplinan, kesabaran, dan semangat juang dalam menjalani proses pendidikan. Para guru dan pihak sekolah mendukung penuh setiap upaya pembentukan karakter positif melalui kegiatan pembiasaan dan motivasi seperti ini. (aer)
Referensi: