News &
Updates

News Image

Share

Menjadi Pelangi dalam Perbedaan
27 Mei 2025

Pacet, Kampus Ursulin - Aula Biara Bintang Kejora, Pacet, menjadi saksi harmoni lintas iman dalam sebuah kegiatan penuh makna bertajuk “Menerapkan Moderasi Agama di Tengah Keluarga, Sekolah, dan Masyarakat” yang digelar oleh SMP Santo Yusup Pacet, Selasa (13/5). Sarasehan ini menghadirkan tiga tokoh agama dari latar belakang yang berbeda dan diikuti dengan antusias oleh peserta didik, guru, serta tamu undangan.

Dipandu oleh moderator internal sekolah, Amin Maulana, S.Or., dan Reinal Ismudya, S.Pd., kegiatan ini menghadirkan narasumber kompeten di bidangnya, yaitu Pendeta Febrian Ekasandi Nugroho, RD. Andreas Putra Khrishananta, dan Drs. Nur Rokhmad, MM.

Dalam sambutan pembuka, Kepala SMP Santo Yusup Pacet, Yohanes Bayu Prasetyo, S.Pd., menyampaikan pesan penting yang menjadi napas kegiatan ini:

“Kita semua diciptakan berbeda – dalam iman, budaya, dan pandangan. Tapi justru di sanalah letak keindahannya. Seperti pelangi, kita menjadi lebih indah ketika bersama dalam perbedaan.”

Kegiatan ini tidak hanya menjadi ruang diskusi, tetapi juga menjadi sarana refleksi dan pembelajaran aktif. Peserta didik diajak untuk memahami makna moderasi beragama secara nyata - bukan sekadar konsep, tetapi sikap hidup yang mewujud dalam tindakan sehari-hari di rumah, sekolah, dan masyarakat.

Para narasumber memberikan pandangan yang saling melengkapi:

  • Pendeta Febrian Ekasandi Nugroho menekankan bahwa keluarga merupakan sekolah pertama bagi anak-anak untuk belajar nilai-nilai toleransi dan saling menerima.

“Jika cinta dan penerimaan tumbuh di rumah, maka anak akan membawa semangat itu ke mana pun mereka pergi,” ujarnya.

  • RD. Andreas Putra Khrishananta mengajak peserta didik membangun semangat kasih dan persaudaraan sejati di lingkungan sekolah.

“Sekolah adalah tempat yang ideal untuk menumbuhkan sikap saling menghargai dalam keberagaman,” katanya.

  • Drs. Nur Rokhmad, MM menegaskan bahwa masyarakat yang damai lahir dari pribadi-pribadi yang bersedia berdialog, bukan membangun tembok konflik.

“Moderasi bukan tentang menyeragamkan keyakinan, tapi menghidupkan semangat persatuan di tengah keberagaman.”

Dialog lintas iman ini diharapkan menjadi tonggak awal bagi peserta didik untuk menjadi agen perdamaian dalam kehidupan sosial mereka. Dengan semangat moderasi beragama, SMP Santo Yusup Pacet kembali menegaskan komitmennya dalam menanamkan nilai-nilai kebhinekaan dan toleransi sejak dini, sejalan dengan semangat Bhinneka Tunggal Ika yang menjadi identitas bangsa.