Pacet, Kampus Ursulin - Sobat Sanyupac, Sebuah langkah inspiratif dilakukan oleh Kepala Satuan Pendidikan SMP Santo Yusup Pacet, Yohanes Bayu Prasetyo, S.Pd, dengan menghadirkan kegiatan “Slow Living” bagi para guru dan karyawan. Program ini menjadi ruang penyegaran di tengah padatnya rutinitas sekolah, di mana setiap guru dan karyawan diberikan lahan kecil untuk menanam bibit tanaman yang akan dirawat secara pribadi.
Menurut Yohanes Bayu Prasetyo,S.Pd. kegiatan ini bukan sekadar aktivitas bercocok tanam, tetapi juga bentuk refleksi diri bagi para pendidik.
“Kami ingin menghadirkan keseimbangan antara bekerja dan beristirahat dengan cara yang sederhana. Melalui kegiatan ini, para guru dan karyawan bisa menyalurkan kejenuhan, menghirup udara segar, dan belajar dari proses menanam — bahwa setiap pertumbuhan membutuhkan waktu, kesabaran, dan ketelatenan,” ujarnya.
Suasana kebun mini di lingkungan sekolah kini tampak lebih hidup. Setiap sudut dipenuhi
bibit sayur, bunga, hingga tanaman herbal. Para guru terlihat antusias menata dan merawat tanamannya masing-masing di sela waktu luang.
Program “Slow Living” ini juga memiliki makna filosofis yang dalam. Bayu menegaskan bahwa merawat tanaman sama halnya dengan mendampingi peserta didik — keduanya memerlukan perhatian, kasih sayang, serta proses yang tidak instan.
“Seperti tanaman, anak-anak juga butuh waktu untuk tumbuh. Kita, para pendidik, adalah ‘penanam’ yang harus sabar dan konsisten memberi asupan yang baik agar mereka berkembang maksimal,” tambahnya.
Salah satu guru, Kristiana Windhi Eka Putri, S.Pd. menyambut positif inisiatif tersebut. Ia mengungkapkan bahwa kegiatan ini memberinya energi baru dalam menjalani rutinitas mengajar.
“Kegiatan slow living ini benar-benar menyegarkan. Saat berada di kebun, kami belajar kembali arti kesabaran. Menanam dan merawat tanaman membuat saya lebih sadar bahwa proses dalam mendidik anak juga butuh ketelatenan. Tidak bisa terburu-buru, tapi harus dengan hati,” ungkap Windy dengan senyum.
Selain menjadi sarana refleksi dan healing, kegiatan ini juga mempererat kebersamaan antarpendidik. Mereka saling bertukar bibit, berdiskusi tentang cara merawat tanaman, hingga berbagi hasil panen sederhana bersama.
Melalui gerakan sederhana ini, Yohanes Bayu Prasetyo berharap suasana kerja di sekolah semakin harmonis dan seimbang — di mana guru tidak hanya fokus pada tugas akademik, tetapi juga menjaga kesehatan mental dan batin.
“Kami ingin guru-guru bahagia. Karena guru yang bahagia akan menumbuhkan peserta didik yang bahagia pula,” pungkasnya.
Dengan semangat “Slow Living”, SMP Santo Yusup Pacet membuktikan bahwa pendidikan yang sejati bukan hanya tentang mencerdaskan pikiran, tetapi juga menumbuhkan hati yang tenang, sabar, dan penuh kasih — baik bagi pendidik maupun peserta didiknya.